Selasa, 12 Maret 2013

Para Pedagang Sayuran Memilih Stop Berjualan

TACHTA RIZQI YUANDRI/"PRLM"

TACHTA RIZQI YUANDRI/"PRLM"

PEDAGANG sayuran di Pasar Sederhana, Apong memilih tidak berjualan komoditas bawang pada Senin (11/3). Sejak sepekan lalu, dirinya memutuskan untuk tidak berjualan komoditas tersebut karena harga beli melonjak sementara penjualannya terus menurun.*

BANDUNG, (PRLM).- Sejumlah para pedagang sayuran memilih tidak menjual komoditas bawang putih dan bawang merah karena harganya telah melonjak sekitar 3 kali lipat. Berdasarkan pemantauan "PRLM" di sejumlah pasar tradisional, kenaikan komoditas tersebut telah terjadi semenjak awal tahun ini dan terus melonjak pada dua pekan terakhir. Sekitar Januari lalu, harga bawang putih dan bawang merah masih berada pada kisaran Rp 16 ribu – Rp 18 ribu/ kg. Saat ini, bawang putih dijual pada kisaran Rp 50 ribu/ kg dan bawang merah Rp 46 ribu/ kg.

Pedagang sayuran di Pasar Tradisional Ciroyom, Cacas mengatakan, meski dirinya termasuk salah satu pedagang yang bertahan menjual dua komoditas tersebut, tapi penjualannya turun setidaknya 50 persen. "Biasanya bawang putih bisa habis 50 kg/ hari, tapi semenjak dua pekan terakhir dalam sehari hanya habis sekitar 20 kg saja. Sementara itu, bawang merah hanya bisa terjual 100 kg/ hari. Padahal sebelum harganya naik bisa terjual 200 kg/ hari," katanya kepada "PR" di Pasar Tradisional Ciroyom, Bandung, pada Selasa (12/3/2013).

Cacas menyampaikan, para pedagang sayuran di pasar dan yang berkeliling banyak yang memilih tidak menjual dua komoditas tersebut. "Pertama, mereka khawatir dagangannya tidak laku. Kedua, konsumen juga kerap mengeluh ketika kuantitas komoditas tersebut dikurangi. Padahal, memang harganya sudah naik dari bandarnya," ujarnya.

Hal tersebut dialami oleh pedagang sayur di Pasar Andir dan Pasar Sederhana, Aisyah dan Apong. Aisyah mengatakan, konsumen biasanya mengeluh ketika membayar dengan uang yang sama, tapi dikurangi kuantitas komoditasnya. "Padahal sudah dijelaskan harganya sudah naik. Sebagian tidak mau mengerti dan akhirnya dagangan malah tidak habis. Maka dari itu, sudah sekitar dua pekan saya tidak menjual kedua komoditas tersebut," ungkapnya.

Apong mengatakan, sudah selama satu pekan dirinya tidak menjual komoditas bawang putih. "Harganya sudah naik tidak wajar. Bila berjualan bawang putih, saya mesti menawarkan ke konsumen dengan harga Rp 15 ribu/ 250 gram dan Rp 12 ribu/ 250 gram untuk bawang merah. Sementara pembelinya paling hanya memberikan uang Rp 1000. Kapan habisnya dagangan saya?," katanya.

Fenomena ini terjadi juga di pasar moderen. Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jabar, Hendri Hendarta mengatakan, saat ini harga bawang putih berada di kisaran Rp 52 ribu/ kg dan bawang merah Rp 50 ribu/ kg.
"Namun demikian, di pasar moderen kenaikan bawang merah baru terjadi selama seminggu terakhir, berbeda dengan bawang putih yang sudah merangkak naik sejak awal tahun," tuturnya.

Dampak kenaikan dua komoditas tersebut juga memukul sektor kuliner. Salah seorang pedagang soto ayam madura di Pasteur, Adi mengatakan, bila harganya terus naik, ada kemungkinan dirinya akan berhenti berjualan untuk sementara. "Saya dan sejumlah pedagang lainnya saat ini sedang bingung. Mau dikurangi hingga seperti apa lagi dagangan bila harganya sudah seperti ini. Menaikan harga dagangan pun tidak akan menjadi pilihan karena kami khawatir kehilangan pelanggan. Daripada rugi, lebih baik tidak berjualan sementara," katanya. (A-207/A-147)***

anefcakep 12 Mar, 2013


-
Source: http://www.pikiran-rakyat.com/node/226584
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar